disaat daku tua, bukan lagi diriku yang dulu
maklumilah diriku, bersabarlah dalam menghadapiku
disaat daku menumpahkan kuah sayuran di bajuku
disaat daku tidak lagi mengingat cara mengikat tali sepatu
ingat saat-saat daku mengajarimu,
membimbingmu untuk melakukannya
Tampilkan postingan dengan label Sebuah Kisah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sebuah Kisah. Tampilkan semua postingan
Rabu, 19 Januari 2011
Kamis, 13 Mei 2010
Pematung Raja

Suatu hari, sang raja mempunyai rencana besar. Baginda ingin membuat patung dari seluruh keluarga dan pembantu-pembantu terbaiknya. Jumlahnya cukup banyak, ada 100 buah. Patung-patung keluarga raja akan di letakkan di tengah taman istana, sementara patung prajurit dan pembantunya akan di letakkan di sekeliling taman. Baginda ingin, patung prajurit itu tampak sedang melindungi dirinya.Sang pematung pun mulai bekerja keras, siang dan malam. Beberapa bulan kemudian, tugas itu hampir selesai. Sang Raja kemudian datang memeriksa tugas yang diperintahkannya. “Bagus. Bagus sekali“, ujar sang Raja, Sebelum aku lupa, buatlah juga patung dirimu sendiri, untuk melengkapi monumen ini.
Mendengar perintah itu, pematung ini pun mulai bekerja kembali. Setelah beberapa lama, ia pun selesai membuat patung dirinya sendiri. Namun sayang, pahatannya tak halus. Sisi-sisinya pun kasar tampak tak dipoles dengan rapi. Ia berpikir, untuk apa membuat patung yang bagus, kalau hanya untuk di letakkan di luar taman. “Patung itu akan lebih sering terkena hujan dan panas,” ucapnya dalam hati, “pasti, akan cepat rusak.”Waktu yang dimintapun telah usai. Sang raja kembali datang, untuk melihat pekerjaan pematung. Ia pun puas. Namun, ada satu hal kecil yang menarik perhatiannya. “Mengapa patung dirimu tak sehalus patung diriku? Padahal, aku ingin sekali meletakkan patung dirimu di dekat patungku. Kalau ini yang terjadi, tentu aku akan membatalkannya, dan menempatkan mu bersama patung prajurit yang lain di depan sana.” Menyesal dengan perbuatannya, sang pematung hanya bisa pasrah. Patung dirinya, hanya bisa hadir di depan, terkena panas dan hujan, seperti harapan yang dimilikinya.
Langganan:
Postingan (Atom)